Libatkan Panca indera peserta (Visual, Auditory, Kinesthetic)
Belajar Public Speaking | Training Public Speaking Jakarta | Manusia memasukan informasi melalui lima panca indera. Dimana manusia memiliki indera kegemaran dari lima indera yang ada sebagai tempat paling banyak memasukan informasi. Mayoritas 55% orang akan lebih suka untuk menggunakan indera visual (penglihatan) dia sebagai jalan masuk informasi dari luar dirinya. Kemudian terdapat 37% yang menggunakan indera auditory (audientsan) mereka sebagai jalan masuk informasi dan ada 8% orang yang akan menggunakan indera kinesthetic (perasaan) untuk memasukan informasi dari luar dirinya.
Oleh karena audients Anda terdiri dari tiga tipe ini maka setiap presentasi yang Anda buat haruslah melibatkan ketiga indera tersebut. Artinya :
a. Untuk memuaskan audients dengan tipe Visual
- Buatlah slide presentasi yang menarik tampilannya
- Buatlah penampilan Anda menarik dilihat
- Berbicaralah sambil menggerakan tangan Anda lebih lebar dari bahu
- Berbicaralah dengan agak cepat
- Sisipkan video dalam presentasi Anda
b. Untuk memuaskan audients dengan tipe Auditory
- Perhatikan tekanan-tekanan nada Anda untuk poin poin penting
- Pastikan ada lagu yang diputar sebelum acara, saat peserta semetara diskusi dan saat break (jedah) atau selesai acara
c. Untuk memuaskan audients dengan tipe Kinesthetic
- Siapkan cerita-cerita atau kisah yang menyentuh sebagai inspirasi
- Buatlah audients Anda banyak bergerak, contohnya : Senam sebelum acara, lompat-lompat atau tukar tempat duduk saat pergantian sesi.
4. Cerita
Kumpulkanlah cerita-cerita motivasi, seperti : kisah orang-orang sukses di bidang tertentu, kisah rakyat yang bisa menjadi inspirasi atau metafora yang sengaja Anda ciptakan untuk menyampaikan maksud Anda secara tidak langsung. Dimana cerita ini akan Anda gunakan untuk menambah bumbu dan menciptakan gambar di dalam pikiran audiens Anda. Cerita selalu menarik untuk di dengar dibandingkan hanya sederet kata-kata. Anda bisa dapatkan kisah-kisah ini didalam buku The Secret to be more success dan Financial Revolution in Action.
Anda pasti pernah mendengar kata-kata berikut ini,bukan ?
- Aku sudah kehabisan akal
- Tidak bisa kuterobos dindingnya
- Kepalaku seperti mau pecah
- Aku ada di persimpangan jalan
- Pukulanku meleset
- Aku melayang-layang di udara
- Aku mulai tenggelam
- Aku bahagia seperti burung berkicau
- Aku menemui jalan buntu
- Aku memikul dunia di pundakku
- Kehidupan ibarat semangkuk buah cherry
- Kehidupan seperti neraka
Itulah metafora. Kita membahas tentang kuasa kata-kata untuk membentuk kehidupan kita dan mengarahkan takdir kita. Sekarang marilah kita telaah kata-kata tertentu yang membawa makna dan intensitas emosional yang lebih besar lagi : yaitu metafora. Untuk memahami metafora, terlebih dahulu kita harus memahami simbol-simbol. Yang manakah yang menciptakan dampak yang lebih segera : kata Kristiani atau gambaran salib? Kalau Anda seperti banyak orang, salib itu lebih berkuasa menghasilkan emosi-emosi positif yang segera. Padahal itu bukanlah apa-apa selain dua garis bersilang, tetapi berkuasa mengkomunikasikan suatu standar dan suatu cara hidup bagi jutaan orang. Misalkan salib itu dipuntar menjadi suatu swastika dan dibandingkan dengan kata Nazi. Yang manakah yang lebih berkuasa untuk mempengaruhi Anda secara negatif? Kembali, kalau Anda seperti kebanyakan orang, swastika itu akan cenderung menghasilkan sensasi-sensasi yang lebih kuat dengan lebih cepat daripada kata itu sendiri. Sepanjang sejarah manusia, simbol-simbol telah digunakan untuk memicu respons emosional dan membentuk perilaku manusia. Banyak hal yang menjadi simbol : gambaran, suara, benda, tindakan, dan tentunya kata-kata. Kalau kata-kata itu simbolis, metafora itu simbol yang lebih tinggi lagi.
Apakah metafora itu? Setiap kali kita menjelaskan atau mengkomunikasikan suatu konsep dengan mengibaratkannya dengan sesuatu yang lain, kita menggunakan metafora. Kedua hal tersebut mungkin saja sangat sedikit kemiripannya, tetapi penguasaan kita akan yang satu memungkinkan kita untuk memahami yang lain. Metafora itu simbol dan, oleh karenanya, dapat menciptakan intensitas emosional bahkan lebih cepat dan lengkap daripada kata-kata tradisional yang kita gunakan. Metafora bisa mentransformasikan kita seketika.
Salah satu cara utama kita belajar adalah melalui metafora. Belajar adalah proses membuat asosiasi-asosiasi baru dalam pikiran kita, menciptakan makna-makna baru, dan metafora cocok sekali untuk itu. Ketika kita tidak memahami sesuatu, metafora memberikan jalan untuk melihat bagaimana yang tidak kita pahami itu ibarat sesuatu yang sudah kita pahami. Metafora membantu kita mengaitkan. Kalau X itu ibarat Y, dan kita memahami X, tiba-tiba saja kita memahami Y. kalau misalnya, seseorang berusaha menjelaskan mengenai listrik kepada Anda dengan melontarkan istilah-istilah ohm, amper, watt, dan resistor, kemungkinan besar Anda akan bingung karena kemungkinan Anda tidak memahami kata-kata tersebut, tidak mempunyai acuan tentang kata-kata tersebut, dan oleh karenanya sulit sekali memahami hubungan diantaranya.
Semua guru besar Buddha, Kong Hu Cu, Lao Tse menggunakan metafora untuk menyampaikan maksud mereka kepada orang awam. Terlepas dari keyakinan agama, kebanyakan akan sependapat bahwa Yesus Kristus adalah guru yang luar biasa, yang pesan kasih-Nya telah langgeng bukan saja karena apa yang dikatakan-Nya, melainkan juga karena cara-Nya mengatakannya. Ia tidaklah mendatangi para nelayan dan mengatakan bahwa Ia mau mereka merekrut umat Kristiani; mereka tidak mempunyai acuan tentang perekrutan. Maka Ia menjelaskan bahwa Ia mau mereka menjadi penjala manusia.
Begitu Ia menggunakan metafora tersebut, mereka pun mengerti apa yang perlu mereka lakukan. Metafora tersebut segera member mereka analogi proses selangkah demi selangkah untuk membawa sesame pada ajaran-Nya. Ketika Yesus menyampaikan perumpamaan-perumpamaan-Nya, Ia menyaring ide-ide rumit menjadi gambaran-gambaran sederhana yang mentransformasikan siapa pun yang menanamkan pesannya ke dalam hati. Bahkan, bukan saja Yesus itu ahli bercerita, melainkan juga Ia menggunakan seluruh kehidupan-Nya sendiri sebagai metafora untuk mengilustrasikan kekuatan kasih Allah dan janji akan penebusan.
Metafora cara membicarakan sesuatu dengan jabaran lain , dimana hal ini akan membuat cakrawala baru dari karakter yang dibicarakan.
Cara membangun metafora :
- Identifikasikan masalah secara jelas
- Cari karakter dan struktur dari masalah tersebut.
- Cari situasi yang setara / seimbang.
- Cari solusi yang berbentuk pelajaran, tindakan atau cara pandang baru.
Contohnya :
Suatu ketika, teman saya bertanya kepada teman saya yang satu lagi dimana dia kebetulan adalah seorang internet marketers.
Jemmy : Hendry, apa bedanya antara web dan blog ?
(alih-alih menjelaskan panjang lebar mengenai hal-hal teknis, Hendry memberikan metafora)
Hendry : Blog, itu ibaratnya kamu ngekos di tempat orang dan web ibaratnya kamu
punya rumah sendiri.
Ketika Anda menggunakan metafora dalam komunikasi ada beberapa manfaat :
- Penyederhanaan. Metafora menyederhanakan penjelasan panjang. Itu dapat dengan mudah dimengerti oleh pikiran Anda
- Merangsang kreativitas. Dengan menggunakan metafora, Anda dapat menambahkan penjelasan yang lebih bervariasi, merangsang otak.
- Menciptakan kegembiraan. Metafora selalu menciptakan kegembiraan dengan ragam dan kejutannya. Mendengar dan menceritakan kisah tentang bagaimana orang-orang biasa memiliki penghasilan yang luar biasa dapat membuat Anda semakin ingin menjadi seorang jutawan.
- Mengalahkan halangan. Metafora bersifat netral. Mereka tidak berdebat atau mengambil posisi mana pun. Pikiran Anda dan para klien suka menggunakan mereka untuk mematahkan halangan apa pun yang ada pada Anda dan klien Anda.
- Membangkitkan emosi. Metafora dapat mengakses lima panca indera dan membangkitkan emosi.
- Memberi pencerahan. Metafora selalu menarik.
- Menarik perhatian. Pikiran tidak dapat menolak. Jadi dengarkan dan ceritakan kisah-kisah kepada orang lain untuk memperkuat sasaran internal Anda.
- Menciptakan kesenangan yang hidup. Ketika Anda mendengarkan atau menceritakan kisah tentang para jutawan, pikiran Anda dapat memunculkan gambar, suara dan perasaan. Itu membuat kisah menjadi hidup.
- Wawasan. Membuat metafora memberikan wawasan ke dalam bisnis Anda. Metafora dapat melibatkan objek atau karakter.
- Menyelesaikan masalah. Jika Anda menceritakan kisah-kisah Anda dalam bentuk masalah, para pendengar Anda akan mendapatkan solusinya.
Originally posted 2016-01-06 17:36:43.
Recent Comments